Rabu, 01 Desember 2010

BAB 9 . PRASANGKA DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME


1.     PERBEDAAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

Prasangka = suatu sikap yang negatif terhadap sesuatu
Diskriminasi = suatu sikap dimana suatu suku/ras mengucilkan atau membedakan suku lainnya.
A . Sebab – sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi
1.     Berlatar belakang sejarah seperti, orang kulit putih mendiskriminasikan orang berkulit hitam ( amerika – afrika )
2.     Dilatarbelakangi oleh perkembangan sosio – kultur dan situasional
3.     Bersumber dari faktor pribadi
4.     Berlatar belakang dari perbedaan keyakinan,kepercayaan, dan agama
B.  Daya upaya unutk menghilangkan prasangka dan diskriminasi
·        Perbaikan kondisi sosial ekonimi
·        Perluasan kesempatan belajar
·        Sikap terbuka dan sikap lapang

2. ETNOSENTRISME

Setiap suku bangsa/ras memiliki ciri khas kebudayaan tertentu, yang sekaaligus menjadi kebanggaan mereka.
Setiap suku/ras cendrung menganggap kebudayaan mereka sebagai salah satu yang prima, logis, sesuai dengan kodrat alam, dsb. Segala yang berbeda dengan kebudayan mereka dianggap sebagai sesuatu yang kurang baik, kurang estetis, dsb.
Dan hal – hal inilh yang biasanya kita anggap sebagai ETNOSENTRISME
Etnosentrisme = suatu kecendrungan yng menganggap nilai – nilai dan kebudayaan sendiri sebagai salah satu kebudayaan/ras yang prima/yang terbaik dari semua kebudayaan dan ini dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.

BAB 8. AGAMA DAN MASYARAKAT


1.KAITAN AGAMA DENGAN KEHIDUPAN

Kaitan agama dengan kehidupan adalah bahwa agama adalah suatu tempat untuk mencari makna hidup yang final dan kesuluruhan serta sebagai sumber motivasi tindakan individual dalam hubungan sosial .
Agama juga sebagai pedoman agar setiap individu tidak berbuat suatu tindakan yang dilarang oleh agama tersebut , seperti , merokok, minum – minuman keras, serta bertindak kekerasan.
1.      Fungsi agama
-          Menurut seorang fungsionalisme agama adalah sebagai petunjuk bagi manusia untuk mengatasi diri dari ketidakpastian, ketidakberdayaan, dam kelangkaan dan agama dipandang sebagai mekanisme penyesuaian yang paling dasar terhadap unsur – unsur tersebut.
-          Agama sebagai sosialisasi individu
-          Agama dalam pengukuhan nilai – nilai
-          Fungsi agama di bidang sosial adalah sebagai fungsi penentu
Menurut Roland Robertson ( 1984 ), diklasifikasika berupa :
-          Dimensi keyakinan
-          Praktek agama yang mencakup perbuatan memuja  dan berbakti seperti melakukan komitmen agama secara nyata.
-          Dimensi pengalaman
-          Dimensi pengetahuan
-          Dimensi konsekuensi
2.      Pelembagaan agama
Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan 3 type, meskipun tidak menggambarkan sebenarnya secara utuh (elizabeth K. Nottingham, 1954 )
a.      masyarakat yang terbalakang dan nilai –nilai sakral
ciri – cirinya adalah :
- Agama memasukkan pengaruhnya yang sakral kedalam sistem nilai masyarakat     secara mutlak
- Dalam keadaan lembaga lain selai keluarga relatif belum berkembang
            b.   masyarakat – masyarakat praindustri yang sedang berkembang

BAB 7 . ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari dua kata, “ilmu” dan “pengetahuan”, yang masing-masing mempunyai identitas sendiri. Dalam membicarakan “pengetahuan” saja akan menghadapi berbagai masalah, seperti kemampuan indera dalam memahami fakta pengalaman dan dunia realitas, hakihat pengetahuan, kebenaran, kebaikan, membentuk pengetahuan, sumber pengetahuan dan sebagainya.
Teknologi dalam penerapannya sebagai jalur utama yang dapat menyongsong masa depan cerah, kepercayaannya sudah mendalam. Sikap demikian adalah wajar, asalkan tetap dalam konteks penglihataan yang rasional.
Kemiskinan merupakan tema sentral dari pearjuangan bangsa, sebagai pearjuangan yang akan memperoleh kemerdekaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur. Hal itu sudah sejak lama oleh sarjana ekonomi dibanyak negara digeluti dan dipecahkan, dan setiap kali pula pemecahannya lolos dari genggaman, dan berkembang menjadi masalah baru.
Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan merupakan bagian-bagian yang tidak dapat dibebaskan dan dipisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi, interelasi, interdependensi dan ramifikasi (percabangan).
1.       Ilmu Pengetahuan
 Untuk mencapai pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi 4 hal :
1)       Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif.
2)       Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya, didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
3)       Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.
4)       Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori, maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Dalam hal menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut, perlu diperhatikan hambatan sosialnya. Bagaimana konteksnya dengan teknologi, dan kemungkinan mewujudkan suatu perpaduan dan pertimbangan moral dan ilmiah. Sebab manusia tidak selalu sadar akan hal ini, dan manusia yang paling sederhana pun hanya menerima informasi mengenai kemungkinan yang dihasilkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
Illmu pengetahuan sekarang menghadapi kenyataan kemiskinan, yang pada hakikatnya tidak dapat melepaskan diri dari kaitannya dengan ilmu ekonomi karena kemiskinan merupakan persoalan ekonomi yang paling elementer, dimana kekurangan dapat menjurus pada kematian.
2.       Teknologi
Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal imperasional dan memiliki otonomi menubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut SASTRAPRATEDJA (1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)       Rasionalitas, artinya tindakan spontan oleh tehnik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
2)       Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
3)       Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi, dan dan rumuusan dilaksanakan serba otomatis.
4)       Teknis berkembang pada suatu kebudayaan.
5)       Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
6)       Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
7)       Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Luas bidang teknik digambarkan oleh ELLUL sebagai berikut :
1)       Teknik meliputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri.
2)       Teknik meliputi bidang organisasi seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer.
3)       Teknik meliputi bidang manusiawi seperti pendidikan, kerja, olahraga, hiburan dan obat-obatan.
3.       Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Nilai
Ilmu pengetahuan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan, yang ada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masalah nilai kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, menyangkut perdebatan sengit dalam menduduk perkarakan nilai dalam kaitannya dengan ilmu dan teknologi. Sehingga kecenderungan sekarang ada dua pemikiran yaitu : yang menyatakan ilmu bebas nilai dan yang menyatakan ilmu tidak bebas nilai. Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu : ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Komponen ontologis kegiatanya adalah menafsirkan hakikat realitas yang ada, sebagaimana adanya. Komponen epistemologis berkaitan dengan nilai atau moral pada saat proses logis-hipotesis-verifikasi. Komponen aksiologis artinya lebih lengket dengan nilai atau moral.
4.       Kemiskinan
Kemiskinan merupakan tema sentral dari pearjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdakaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Garis kemiskinan yang menentukan batas aminimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh 3 hal :
(1)     Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan.
(2)     Posisi manusia dalam lingkungan sekitar.
(3)     Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.





BAB 6. MASYARAKAT PERDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAA


1.     MASYARAKAT PERKOTAAN,ASPEK – ASPEK POSITIF DAN NEGATIF

Dipandang dari cara terbentuknya masyarakat dapat dibagi dalam:
1.     Masyarakat paksaan , misalnya : negara, masyarakat tawanan dll
2.     Masyarakat merdeka yang terbagi dalam :
-          Masyarakat kultur  : masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan atau     Kepercayaan , misalnya :koperasi, kongsi perekonmian dll.
-          Masyarakat natuur : masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti gerombolan (horde), suku (stam), yang bertalian karena hubungan darah atau keturunan.
Masyarakat dibagi menjadi 2 type :
-          Masyarakat kecil yang belum begitu kompleks:
belum mengenal pembagiaan kerja, belum mengenal struktur dan aspek-aspeknya masih dapat dipelajari sebagai satu – kesatuan.
-          Masyarakat yang sudah kompleks:
Yang sudah menjalankan spesialisasi dalam segala bidang
B . masyarakat perkotaan
Ada beberapa ciri yang menonjol dari masyarakat perkotaan diantaranya:
1.     Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keafamaan di desa.
2.     Pada umumnya masyarakatnya hanya mengurusi dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang – orang lain ( individualisme )
3.     Pemagian kerja diantara warga –warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas – batas yang nyata.
4.     Kemungkinan – kemungkinan untuk mendapat pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa.
5.     Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan
6.     Jalan kehidupan yang cepat di perkotaan. dan
7.     Perubahan – perubahan sosial tampak dengan nyata di kota - kota

Perbedaan Masyarakat Pedesaan dengan Masyarakat Perkotaan
Kesan populer masyarakat kota terhadap masyarakat desa itu adalah bodoh, lambat dalam berfikir dan bertindak, serta mudah tertipu, dan sebagainya. Kesan ini disebabkan karena masyarakat kota hanya mengamatinya dengan sepintas saja, tidak banyak tahu, dan kurang pengalaman dengan keadaan lingkungan pedesean.
Ciri – ciri yang sangat membedakan adalah :
-          Jumlah dan kepadatan penduduk
-          Lingkungan hidup
-          Mata pencariaan
-          Corak kehidupan sosial
-          Stratifikasi sosial
-          Mobilitas
-          Pola interaksi sosial
-          Solidaritas sosial , dan kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional
-          Pelapisan sosial
-          Mobilitas sosial
-          Standar kehidupan, dan
-          Nilai dan sistem nilai

BAB . 5. PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT

PENDAHULUAN

Pelapisan masyarakat = perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarchis).
Terjadinya pelapisan sosial dapat diidentisifikasi menjadi:
-          Terjadi dengan sendirinya = terjadi secara alamiah dan bukan ada unsur    
    Kesengajaan.
-          Terjadi dengan disengaja, dalam sistem ini terdapat 2 sistem yaitu:
1.     Sistem fungsional
Pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus berkerjasama dalam kedudukan yang sederajat.
2.     Sistem saklar
Pembagian kekuasaan menurut tangga/ jenjang dari atas (vertikal)
Sistem pelapisan masyarakat yang tertutup, dibagi mejadi 5 tingkatan yaitu:
-          Kasta brahman  = golongan pendeta dan merupakan golongan tertinggi
-          Kasta ksatria       = golongan bangsawan dan tentara
-          Kasta waisya      = golongan pedagang
-          Kasta sudra         = golongan rakyat jelata
-          Paria                     = golongan yang tidak mempunyai kasta seperti :gelandangan.
Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka
-          Dimana setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk jatuh ke lapisan yang ada dibawahnya atau naik ke lapisan yang diatasnya.
Dapat kita simpulkan bahwa ukuran yang biasanya dipakai untuk menggolongkan anggota masarakat kedalam lapisan-lapisan sosial adalah:
1.     Ukuran kekayaan
2.     Ukuran kekuasaan
3.     Ukuran kehormatan, dan
4.     Ukuran ilmu pengetahuan
Elite = sekelompok masyarakat yang mempunyai/menempati kedudukan tinggi.
Massa = suatu pengelompokan kolektif lain yang eleenter dan spontan.
Penghitungan pendapatan dapat didapat dari beberapa sumber seperti:
-          Sewa tanah                                Bunga modal
-          Laba pengusaha                                   upah

ELITE DAN MASSA
1)       ELITE
a.        Pengertian
Dalam arti khusus elite dapat diartikan sekelompok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan kecil yang memegang kekuasaan.
b.       Fungsi Elite dalam memegang strategi
Dalam suatu kehidupan sosial yang teratur, baik dalam konteks luas maupun yang lebih sempit, dalam kelompok heterogen atau homogen selalu ada kecenderungan untuk menyisihkan satu golongan tersendiri sebagai satu golongan yang penting, memiliki kekuasaan dan mendapatkan kedudukan yang terkemuka jika dibandingkan dengan massa.
2)       MASSA
Istilah massa yang dipergunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokan kolektif lain yang elementer dan spontan, yang dalam beberapa hal menyerupai crowd, tapi yang secara fundamental berbeda dengannya dalam hal-hal yang lain.
PEMBAGIAN PENDAPAT
(1)     Komponen Pendapatan
Ada 2 kelompok dalam kehidupan ekonomi yaitu rumah tangga produsen dan rumah tangga konsumen.
(2)     Perhitungan Pendapatan
Masih ada faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya upah atau sewa tanah.
(3)     Distribusi Pendapatan
Kegiatan produksi dan struktur perekonomian suatu negara adalah mempermudah perancangan perekonomian negara.